Khadijah binti Khuwailid ibnu Asad ibnu Abdil Uzza ibnu Qushay, ibu Khadijah bernama Fatimah binti Zaidah, nenek Khadijah dari pihak ibu bernama Halah binti Abdi Manaf, Abdu Manaf sendiri adalah kakek ketiga muhammad. Jadi, dari pihak ayah maupun ibu, muhammad dan hadijah memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.
Khadijah merupakan seorang pedagang yang sukses pada masa itu, suatu hari hadijah kehendak mengirim kafilah dagang ke negeri Syam, ia mencari seseorang yang dapat diutusnya ke Syam untuk mengawasi dan memimpin rombongan dagang tersebut. saat itu, masyarakat Mekah sedang ramai membicarakan Muhammad ibnu Abdillah seorang pemuda yang bisa menjaga kejujuran dan keluhuran budi di tengah rekan-rekan sebaya nya yang sibuk berfoya-foya. Khadijah berpikir mengapa tidak Muhammad saja yang iya utus untuk menangani urusan perdagangannya di Syam?
Muhammad adalah sosok yang jujur, dan kejujuran sangat penting dalam perdagangan. Tetapi Khadijah tidak pernah mendengar Muhammad memiliki pengalaman berdagang. Pilihan itu sebenarnya berisiko, Khadijah hanya mengandalkan firasat dan nalurinya yang jarang salah. Akhirnya, Khadijah pun memanggil Muhammad dan mengajaknya berbincang-bincang mengenai perdagangan.
Dalam perbincangan itu Khadijah menangkap kesan bahwa Muhammad merupakan seorang pemuda yang cerdas, santun, pandai menjaga diri, dan berpenampilan sempurna. Muhammad terlihat begitu tenang ketika diam dan terlihat begitu berpengaruh ketika berbicara. Ia selalu memperhatikan lawan bicaranya, mendengarkannya dengan teliti, dan tidak pernah memperlihatkan sikap setengah-setengah.
Sebagai seorang pedagang yang berpengalaman Khadijah tahu bahwa Muhammad adalah orang yang ia cari, Khadijah berkata "aku memanggilmu berdasarkan apa yang ku dengar dari orang-orang tentang perkataanmu yang jujur, integritasmu yang terpercaya dan akhlak mu yang mulia aku memilihmu dan kubayar engkau dua kali lipat dari apa yang biasa diterima oleh orang lain dari kammu", Muhammad pun menerima tugas itu dengan senang hati.
Khadijah juga mengamati gambaran fisik Muhammad, cara ia berjalan menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi. Postur nya seimbang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus.
Khadijah juga ingat bahwa selama berbicara dengannya Muhammad selalu menundukkan wajahnya, hanya sekali seingatnya Muhammad mengangkat wajahnya, yaitu ketika Khadijah menawarkan tugas menjalankan urusan perdagangan di Syam. Saat itu, Muhammad tersenyum, mengangkat wajahnya sedikit, mengucapkan terima kasih, lalu kembali menunduk. Muhammad memiliki kening yang lebar, dagu yang lepas, dan leher yang jenjang, dadanya bidang, matanya indah dan lebar dengan bola mata yang hitam pekat, giginya juga putih cemerlang.
Agak mengherankan bahwa Khadijah memperhatikan semua itu. Ketampanan dan kegagalan Muhammad memang mampu memikat banyak orang. Tetapi bukankah Khadijah memanggilnya untuk urusan bisnis? Tampaknya khadijah tertarik kepada pribadi pemuda ini. Alangkah lembutnya keindahan yang terpancar dari wajah Muhammad, alangkah indahnya senyum tipis yang menghias wajahnya. Khadijah merasa bahwa apa yang ramai dibicarakan penduduk Mekah tentang Muhammad bukan merupakan isapan jempol belaka.
Setelah menerima tugas dari Khadijah, Muhammad bergegas menuju pamannya untuk menceritakan tawaran kerja yang baru diterimanya. Hari keberangkatan pun tiba, penduduk Mekah termasuk para paman Muhammad, beramai-ramai mengantar kafilah ke perbatasan kota. Dalam ekspedisi dagang ke Syam ini, Muhammad dibantu oleh seorang pemuda bernama Maysarah. Khadijah berpesan agar Maysarah tidak membantah perintah Muhammad ataupun menentang pendapatnya.
Urusan perdagangan di Syam ternyata berjalan lancar. Barang-barang habis terjual. Laba yang luar biasa besar pun didapat, sebelum pulang kafilah ini membeli barang-barang lain untuk dijual kembali di Mekah. Setelah semua urusan selesai kafilah pun beranjak pulang. Sesampainya di Sebuah lembah di luar kota Mekah Maysarah berkata kepada Muhammad "pergilah kepada Khadijah, laporkan semua yang engkau alami dan keuntungan yang engkau peroleh dalam ekspedisi ini". Muhammad lalu maju bersama para pemuda lain yang baru saja datang dari perjalanan jauh, mereka memasuki kota diikuti kafilah yang berjalan perlahan di belakang mereka. Para lelaki menyambut kedatangan mereka di jalan-jalan, dan para wanita mendatangi mereka dari atas rumah.
Saat itu siang hari, Khadijah bersama beberapa wanita lain berada sebuah ruangan di bagian atas rumahnya. Ia dapat melihat Muhammad yang sedang menunggang unta kecil berwarna merah memasuki kota. Ada dua malaikat menaunginya. Para wanita itu terkejut. Betapa gagah Muhammad. Betapa agung wibawa yang dipancarkannya. Betapa dari jauh ia terlihat begitu indah dan mengesankan.
Kepada Khadijah, Muhammad melaporkan semua hal yang dialaminya selama perjalanan, termasuk keuntungan besar yang diperolehnya dan barang-barang dagangan yang dibeli di Syam. Khadijah menerima laporan itu dengan gembira apalagi setelah diketahui bahwa barang-barang yang dibawah dari Syam berhasil dijual kembali di Mekah dengan keuntungan yang berlipat ganda.
Khadijah mulai bertanya-tanya perasaan apa yang ada di dalam hatinya?, mengapa ia merasa kagum ketika melihat Muhammad memasuki kota Mekah dengan ultanya? Tidak salahkah penglihatannya ketika ia menyaksikan sendiri dua malaikat menaungi Muhammad? Rasa gembira ketika mendengar muhammad memperoleh keuntungan besar di Syam, benarkah rasa itu munculnya hanya karena kabar keuntungan finansial yang didapatnya?
Sebenarnya Khadijah telah mencoba untuk tidak memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu, tetapi semakin keras ia berusaha untuk melupakannya, semakin sering pula pikiran-pikiran itu muncul di kepalanya, dan anehnya Khadijah merasa bahagia dengan semua itu. Ia bertanya-tanya apakah pikiran itu lahir dari rasa kagum yang sama seperti apa yang dirasakan oleh orang-orang Quraisy?
Secara pribadi Khadijah juga berpikir tentang apa yang sebenarnya menghubungkan dirinya dengan Muhammad, mengapa bayangan Muhammad selalu muncul siang-malam tanpa ia kehendaki?. Telah banyak pinangan lelaki yang ditolak oleh Khadijah karena ia berfikir bahwa mereka hanya menghendaki harta dan status sosialnya. Tetapi Muhammad berbeda dengan mereka, rasa hormat dan cinta kepadanya tumbuh perlahan-lahan hingga akhirnya mencengkeram hati dan perasaan. Apakah ini juga bagian dari takdir tuhan? Khadijah bertanya, inikah balasan untuk dirinya dari tuhan atas perbuatan baik, sifat kedermawan, serta keteguhan menjaga diri dan kehormatan?
Akan tetapi, Khadijah juga sempat ragu pantaskah ia menikah dengan muhammad? Selama ini ia yakin bahwa ia harus menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Karena hal itulah ia menolak semua pinangan yang datang, ia lebih memilih untuk hidup bersama anak-anaknya dan memusatkan perhatiannya dalam bidang perdagangan. Apa kata para pemuka Quraisy jika mereka mendengar khadijah meminang seorang pemuda untuk dirinya sendiri?
Dengan mempertimbangkan hal-hal tadi Khadijah memilih untuk menggunakan sebuah siasat. Ia mengutus seorang wanita yang ia yakini kemampuan dan loyalitasnya untuk secara diam-diam melakukan pendekatan awal kepada Muhammad. Wanita yang dipercayakannya itu untuk mengemban tugas adalah Nafisah binti Umayyah yang masih kerabat dekat Muhammad. Nafisa mendatangi Muhammad dan menasehatinya seperti seseorang ibu menasehati anaknya. Ia mencoba untuk meyakinkan Muhammad tentang pentingnya menikah, Muhammad menjawab bahwa dirinya hanya seorang miskin yang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada wanita yang akan menjadi istrinya.
Nafisa membantah hal itu. Menurutnya, kemiskinan bukan halangan untuk menikah, apalagi Muhammad telah lama dikagumi oleh penduduk Mekah karena akhlak dan kejujurannya. Karena itu menurut Nafisah semua orang tua tentu mengharapkan muhammad datang meminang putri mereka.
Setelah Muhammad dapat di yakinkan tentang pentingnya menikah, barulah Nafisah menyatakan bahwa wanita yang paling patut menjadi istrinya adalah Khadijah. Alasannya sederhana. Khadijah adalah wanita yang cantik, kaya, bagus nasabnya, pandai menjaga kehormatan, dan luhur akhlaknya. Masyarakat pun menujulukinya "wanita suci".
Mengetahui pilihan Nafisah, Muhammad pun terkejut. Menurutnya Nafisa berlebihan, dari mana ia akan memperoleh harta untuk membayar mahar Khadijah. Nafisa menjawab bahwa kalau Muhammad setuju untuk menikah dengan Khadijah, urusan mahar tidak perlu ia pikirkan. Nafisah memang membantunya melakukan pendekatan awal untuk menjajaki kemungkinan Muhammad menerima pinangannya. Setelah itu Khadijah menjalani sendiri semua proses yang harus dilakukannya.
Muhammad menerimanya. Hari pernikahan yang ditunggu-tunggu itupun datang. Muhammad didampingi oleh bani Hasyim yang dipimpin oleh Abu Thalib dan Hamzah. Hadir juga bersamanya bani Mudhar, sedangkan Khadijah didampingi oleh bani asad yang dipimpin oleh Amr ibnu Asad.
Pernikahan itu sendiri dilaksanakan setelah 2 bulan 15 hari setelah Muhammad datang dari Syam. Mahar yang diberikan kepada Khadijah adalah 20 ekor unta. Usia Muhammad saat itu adalah 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Posting Komentar